24-26 Desember 2011
Teluk kiluan berada di desa Kiluan. Sekitar 6 jam perjalanan dari Bakauheni atau 4 jam dari Bandar Lampung
Terkenal akan lumba-lumbanya yg banyak. Juga pantainya yg masih sangat perawan. Di sini terdapat pula spot-spot snorkling yang bagus (dekat pulau kilauan). Penduduknya yg ramah, belum tesentuh komersialisasi. Berbeda dengan pantai mutun yang sudah sangat ramai.
Teluk kiluan berjarak 70 KM dr Bandar Lampung. Walaupun sebagian sudah di aspal, namun banyak jalan yg masih belum diaspal dan kita harus dengan sangat hati-hati melewatinya. Pemandangan yang indah tersaji dalam perjalanan, mulai dari pantai dan laut yang elok maupun hamparan hijau bukit Barisan. Sabtu pagi, jam 8 tet. Para srikandi sudah berada di Slipi Jaya menunggu bis Arimbi yang akan mengantar kami ke Pelabuhan Merak. Sambil nunggu bis, tahu - tahu Devi udah bawa 2 bungkusan kue. Gubrak. Ini aja belum jalan tapi dah jajan.
Butuh waktu 2 jam untuk sampai Merak. Pertama kali menjejakkan kaki di pelabuhan ini memang sedikit membingungkan. Dengan gaya sok pede, akhirnya kami bisa menemukan loket tiket. Hanya dengan 11.500 kita sudah mendapat 1 tiket ekonomi. Tapi apabila kita ingin upgrade ke Lesehan AC kita harus bayar 5000 lagi di atas kapal. Sebanding dengan fasilitas yang kita dapatkan. Walaupun baunya apek karena banyak kecoa, tapi lama-kelamaan pasti dapat menyesuaikan.
Pukul 11.00, kapal merapat di Bakauheni. Disini cukup mudah sebenarnya mencari transportasi untuk menuju Bandar Lampung. Banyak pilihan. Mulai dari bis ekonomi maupun mobil travel. Kami memilih mobil travel (35.000/org) supaya bisa diantar langsung ke tujuan kami yaitu hotel Novotel.
Pukul 13.30, kami tiba di Novotel. Berhubung perjalanan ke Kiluan masih dilakukan keesokan harinya, sehingga kami mencoba untuk mencari hotel. Dan novotel salah satu pilihan kami. Tapi setelah kami tanyakan harganya, kami langsung kabbuuuur. Ternyata Novotel bukan pilihan yang pas, tapi lumayanlah buat numpang ke kamar mandi.
Pukul 14.30 kami bertemu dengan pak Edi dan Wanda. Mereka menjemput kami. Perjalanan ke Kilauan akan dimulai esok hari, jadi hari ini hanya dihabiskan dengan makan durian Lampung dan berkeliling kota. Wanda membawa kami ke Pantai Mutun untuk melihat Sunset tapi sayangnya cuaca agak mendung. Karena Malam sudah mulai larut kami mencoba mencari penginapan di sekitar Mutun. Sayang sekali Pantai Mutun sudah sangat komersil. Kamar yang biasa saja bertarif 400.000. Setelah kami berunding kami memutuskan untuk tidur di rukonya Reza. Aku sendiri membawa sleeping bag, jadi tidur dimanapun tak menjadi masalah buatku.
Pukul 23.30 Reza -si empunya Ruko- tiba di Lampung. Kami -sedang tidur pulas-
Hari Ke Dua:
03.00 Perjalanan ke Kiluan dimulai. Baru kali ini aku melakukan perjalanan namun hanya memiliki sedikit informasi tentang tempat yang aku akan kunjungi. Aku hanya ambil carrier yang sudah dipack malam sebelumnya dan pindah tidur ke mobil Reza. Sepanjang perjalanan menuju ke Kiluan, kami mencoba tidur. Tapi jalan menuju Kiluan cukup membuat kami terjaga. Jalan yang berkelok-kelok dan masih sangat banyak lubangnya. Harus sangat berhati-hati karena sedang hujan. Ketika melewati Desa Bawang (+ 17 KM sebelum kiluan), kami disuguhi pemandangan perkampungan asli Lampung. Rumah panggung Lampung yang walaupun sudah tersentuh modernisasi namun keasliannya tetap terjaga.
8.00 Tiba di Teluk Kiluan. Desa kiluan adalah perkampungan para Transmigran yang berasal dari Bali. Suasana kesakralan Bali sangat terasa. Bicara tentang Teluk Kiluan, saking perawannya tempat ini, para penduduknya tidak mengkomersialkan segala sesuatu. Semuanya masih terhitung murah. Hanya sayangnya Kiluan masih cukup susah diakses. Apalagi tidak ada angkutan umum menuju ke sini.
Setelah sampai di Kiluan, akan mudah untuk menyewa perahu jukung. Karena perahu hanya muat untuk 3-4 orang maka membagi ke 2 kelompok. Kelompok "besar" :> Devi, Reza, Pak Edi; Kelompok "imut":> Arum, Yani, Lily, dan Wanda. Petualangan dimulai. Dengan modal nekad (tanpa life vest) kami perlahan mulai meninggalkan teluk kiluan menuju laut bebas. Laut sangat tenang. Waktu mulai berlalu, tak disangka-sangka ada rombongan ubur - ubur melewati kami dengan santainya.
"eh ada ubur - ubur," teriak mbak lily kegirangan sambil hendak mengambil salah satu ubur-ubur itu.
"TIDAAAAAAAAAAAAAAAK, MBAK LILYYYYYYYYYYYYYYYY", teriak aku dan mbak yani panik.
"Kenapa?" dengan muka inosense nya mbak Lily bertanya.
"kalo dipegang bisa gatal trus bisa sakit panas lho mbak." Jawabku dengan gaya sok tahu. Yang aku tahu pasti ubur - ubur memang enak dilihat dan dimakan tapi berbahaya.
"oh gitu ya?" masih dengan muka inosense.
"IYA!!"
Setelah hampir 2 jam menjelajahi lautan dan tak kunjung menemukan lumba-lumba, kami memutuskan untuk balik ke kiluan. Panas mulai menyengat. Ketika kami berbalik arah, si wanda teriak, "Kesana pak!! Ada lumba-lumba. Hayo semuanya berdiri! Itu lumba-lumba"
Kapal langsung menuju ke kawanan lumba - lumba. Dan entah energi dari mana, aku berdiri di atas kapal jungkung yang lebarnya hanya 50 cm. Melihat lumba-lumba, hiu di alam bebas itu benar- benar memberi energi luar biasa.
Puluhan lumba-lumba menari-nari di sekeliling kami. Inilah yang dinamakan truly adrenalin rush.
Walau perburuan hanya berlangsung 30 menit, tapi rasa lelah yang harus kami tempuh, terbayar lunas.
Sebelum kami balik ke teluk Kiluan, kami menyempatkan mampir di pantai Kiluan untuk mencari kelapa muda. Terdapat spot untuk snorkling. Para tamu dari luar kota biasanya menyewa cottage di sini. Sedikit info saja, air bersih disini cukup susah didapatkan kemudian listrik juga hanya didapat dari genset yang hanya dinyalakan pada jam 17.00 - 05.00 setiap harinya.
Jam 12.00 kami sudah sampai lagi di Teluk Kiluan. Di dekat sana terdapat penjualan ikan. Dan kami memutuskan akan membakar ikan untuk makan siang. Si ibu yang menyewakan perahu jukung menawarkan nasi dan lauk-lauk pendamping lainnya. Terbukti kembali bahwa Kiluan memang cocok untuk gembel sepertiku. Harga ikan disini sangat murah.Dan untuk menambah rasa, aku membeli kecap di warung dekat situ.
"Mbak, orang itu jangan diladeni!" kata ibu penjaga warung menunjuk bapak yang sedang berjalan ke arah kami.
"kenapa bu?" tanya ku penuh penasaran.
"Dia lagi kumat?"
"Maksudnya?"
"Iya liat aja. Kalo lagi kayak gitu, pasti stresnya lagi kumat."
"HAH??????? MASA!!! Dia tadi yang bawa perahu saya bu!!!!!" rasanya seluruh badan lemas, mau pingsan. Untung saja tadi tidak terjadi apa-apa ketika aku di laut lepas.
Setelah berjuang berdua saja dengan mbak Lily, ikan kami terbakar dengan sempurna. Darah yang ada merupakan bagian dari kenikmatan. Maka lauk utama kami siang ini adalah "Ikan kakap merah super bakar berdarah". Menikmati ikan berdarah, minum air kelapa yang baru saja dipetik, di tepi teluk kiluan berhembus angin samudra hindia tak ternilai harganya.
Jam sudah menunjukkan jam 2 siang. Saatnya pulang ke bandar lampung. Dan keesokannya kembali ke Jakarta.
Sampai jumpa Lumba-lumba. Tak ada potret yang membuktikan ku berani menantang bahaya demi kalian, tapi kawan, kalian melihatnya. Itu yang paling penting.
Hayo yang ini wajib dibaca juga ya..
Tengkiyu buat Think Cook Cook buat kaos travelling ku yang paling aku sayang.. I am really Born to Travel.. Love Think Cook Cook.. Check website mereka di sini
wow kaka woooow.. foto yang terakhirnya :matabelo
BalasHapus0_o
total cost'y brp kaka?
BalasHapushttp://justwanttheworldtoknow.blogspot.com/
@halim: Wah.. malu.. :)
BalasHapus@Roni: ada di postinganku yang Kiluan dalam Rupiah (Budget.. kl masih butuh info, kontak aku aja.. ^_^