Dreamy Backpacker: Deg Deg an Gila di Toba (Day Two)

11/10/11

Deg Deg an Gila di Toba (Day Two)

-02 Oktober 2011-

Hari kedua dimulai sangat pagi. Jam 5.30 aku janjian dengan Manurung (abang motor) untuk mengantarkanku hunting sunrise di Tomok.

Bersenjata tripod dan kamera seadanya, kita mulai membelah dinginnya pagi di Samosir. Jam 6 lebih kita berhenti di suatu warung. Berteman secangkir milo, sesi foto - foto dimulai.

Kehangatan Mulai Muncul Ketika Dia Menyapa

Salah satu warung dengan pemandangan terindah di dunia 

Perjalanan berlanjut.
"kakak, mau liat kursi batu", kata manurung
"MAU!", jawabku
"mau liat pohon yang sudah ribuan tahun?"
"MAU, MAU!!"
"mau liat kuburan orang batak?"
"MAU, MAU, MAU!!!" jawabku penuh semangat 45.



Batu Bernapas
Air Terjun
Mulai menanjak, semakin lama semakin tinggi. Dalam perjalanan, Manurung menunjukkan batu bernafas. Ketika tangan kita didekatkan dengan celah batu itu, akan terasa hembusan angin yang teratur, seperti orang yang bernafas. Sebuah air terjun yang unik juga kami jumpai.

Mulai menanjak, semakin lama semakin tinggi. Semakin jarang penduduknya. Walaupun pemandangan kanan kiri begitu mengesankan tapi tetap saja hati deg-degan. Kenapa jauh sekali lokasinya? Jangan -jangan aku diculik? Mulai muncul pikiran-pikiran gila. Tapi ketika Manurung berhenti, aku baru sadar kenapa jauh sekali. Karena ini di puncak gunung dengan pemandangan yang tak terlukiskan kata-kata. Inilah pesona Indonesia.

Indahnya Indonesia

Toba dari puncak Samosir
Jam 8 kami turun menuju Tomok, tempat kuburan, pohon dan batu kursi itu. Masuk ke tempat ini cukup murah. Hanya Rp.2000. Walaupun  harus naik kapal yang jam 9,  aku juga tak ingin melewatkannya. Daripada penasaran aku ingin mengabadikannya sebentar.

Objek Wisata Batu Kursi Raja Siallagan di Tomok
Batu Kursi
Tempat Pemasungan (di bawah rumah)

Pemenggalan disaksikan oleh para rakyat
Rumah Batak plus balita batak plus ayam khas batak ^_^
Jam 9.00 kami sampe di hotel. Kapal telah lempar sauh. Aku ketinggalan kapal. Tapi tak mengapalah bisa naik yang jam 10 ini, pikirku. Setengah jam cukup untuk packing, dan sarapan di hotel. Jam 9.30 aku sudah di dermaga hotel, di tepi danau toba. Kata petugas hotel, kapal akan merapat di sini. Sudah beberapa kapal lewat tapi tidak ada yang berhenti di Samoosir Villa. Jam 10 telah lewat. Dengan putus asa, aku telepon petugas hotelnya.

Menanti kapal yang ternyata mengabaikanku
"mbak, ini kapalnya mana ya?", tanyaku
"loh kak, bukannya baru saja lewat?", jawabnya enteng..
"hah??? Loh??? Masa??? Kok gak berhenti kak?", tambah putus asa.
"tadi bunyiin bel gak?", si petugas
"iya"
"ya berarti ya itu kak. Kalo mau naik harus lambai-lambaikan tangan kak. Kalau tidak, dipikirnya tidak ada yang mau naik. Jadi dia tidak berhenti",

"TIDAKKKKKKKKKKKK!!!" teriakku dalam hati. lututku rasanya lemas seketika. Ketinggalan kapal jam 10, berarti ketinggalan mobil yg jam 11 dari Parapat. Padahal mobil baru ada lagi jam setengah 2. Berarti bakal ketinggalan pesawat. Ingin rasanya nyebur di danau toba. Saat-saat seperti ini lah, otak harus bekerja cepat. Berkat info  yang cukup, mobil bisa dipesan di tempat lain untuk jam 12.00. (dengan resiko uang rental yg jam 11 hangus) lalu pesawat berhasil direschedule untuk last flight (dengan resiko bayar selisih).. Hiks.. Ga papa lah dari pada gak bisa balik ke Jakarta.. *menghibur diri sendiri.

Saat sedang menunggu kapal, seorang pemuda tanggung mendekatiku"kakak nungguin kapal ya? saya antar ke Tomok aja, disana kapal banyak. 20 rb saja". Tanpa babibu dari pada gak dapet kapal lagi, langsung aja bonceng tu anak. Rasanya lega luar biasa setelah bisa naik kapal.

Sampai di dermaga Ajibata, aku langsung dijemput oleh mobil Bagus Taxi. Aku duduk di kursi tengah belakang sopir. Perjalanan balik ini lebih "mengesankan" dari pada berangkatnya. Salah satu penumpang, nenek2. Awalnya dia pake jilbab. Tapi waktu di dalam mobil, dia copot jilbabnya, langsung merokok, jendela dibuka lebar - lebar sambil makan rempeyek. Hadeuh!!!!! Emang angkot apa ini. Panas banget. 2 jam berlalu, si nenek masih saja merokok, lalu tiba-tiba dia muntah. Hadueh tambah gak karu-karuan. Pusing….

Akhirnya jam 5 kita sampai Medan. Aku turun di Hotel Tiara untuk mengambil beberapa barang. Setelah itu membeli sedikit kopi untuk oleh-oleh di Kampung Keling.

Jam 6 baru sampai bandara. Berhubung pesawat masih pukul 7.50, aku pikir masih sempat untuk makan. Ada dua tempat makan di dalam Bandara Polonia. Setelah melihat menu yang ada di luar, aku memilih untuk makan nasi rawon.
"mas, saya pesan nasi rawon"
"nasinya habis mb"
"heh..nasi.. Habis? Ooh adanya apa?"
"bakmi goreng. Kl mb mau nasi mungkin rumah makan sebelah ada mbak"
"oo iya", dengan sedikit bingung, aku melangkah ke sebelah.
"mas adanya apa ya?"
"habis mb, tinggal ini."
Dengan langkah lunglai dan perut kerocongan akhirnya dengan berat hati ku melangkah masuk ke Starbucks. Dengan 1 croissant dan 1 cup hot chocolate cukup untuk boongin perut.

Jam setengah 8 sudah siap sedia untuk boarding. Tapi memang manusia cuma bisa berencana. Pesawat delay 1 jam lebih. Hiks.. Setelah menunggu sampai karatan akhirnya jam 9, aku memulai perjalananku kembali ke semrawutan Jakarta.


9 komentar: