Dreamy Backpacker: Inikah Rasanya Jadi Artis di Negeri Orang

21/03/12

Inikah Rasanya Jadi Artis di Negeri Orang

 ----Singapura, Shenzhen, Guangzhou, Macau dan Hongkong : Part two --

05 Januari 2012. Hari ini aku dan Niken berencana ke Spendid of China. Di Spendid of China terdapat puluhan replika landmark China. Sebut saja Tembok Besar China, Terra Cotta, Kuil Sholin, Kota Terlarang, dan lain - lain. Jadi kesimpulannya adalah aku dan Niken akan keliling China dalam sehari.

Aku baru tahu kalau beberapa hotel di China terutama di hotelku Hi Inn, biaya kamar tidak termasuk sarapan. Kalau mau sarapan, bayar lagi. Akibatnya adalah hari ini, aku hanya sarapan 1 roti bantal, 3 suap mie instan dan secangkir teh.

13  derajat. Itulah suhu di luar sekarang. Lumayan hangat untuk ukuran musim dingin di China. Tapi bagiku ini terlalu dingin. Untunglah aku bawa 3 jaket.

Pull Me Up Please
Lokasi hotelku dekat dengan stasiun MRT Guo Mao. Aku harap pengalamanku naik MRT di Singapura tak sia-sia. Tapi nyatanya tak semudah itu. Aku akui bangsa China sangat menjunjung budayanya terutama bahasanya. Benar saja. Hampir semua petunjuk ditulis dengan hanzi (karakter china). Menyedihkan. Bukan bangsa China yang menyedihkan, tapi aku. Harusnya aku belajar lebih. Menurutku China memang tidak cocok untuk solo backpacking. Untung saja ada Niken dan Rina. Guide gratisanku. Mereka berdua adalah sahabatku yang sedang tugas belajar di China.
Jam 10, kami sudah sampai di Spendid of China. Don't know what to expect. Harga tiketnya lumayan mahal, yaitu 120 yuan (200 ribuan). Setelah lihat denahnya, aku baru sadar kalau tempat ini luar biasa luas dan pilihan satu - satunya kami harus berjalan kaki menjelajahinya. Kalau mau sewa mobil (mirip mobil golf), harus bayar 500 Yuan (+ 700 ribu). Terdapat 2 area yaitu Spendid dan China Folk. Di Splendid , terdapat 82 tempat terkenal di China. Mirip dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), bedanya disini perawatannya lebih baik.

Aku dan Niken bisa saja hanya berkeliling sebentar dan pulang sore hari tapi kami ingin lihat pertunjukan jam 8  malam. Semua yang pernah ke Splendid of China menyarankannya. Jadi untuk menghindari kebosanan, aku harus jadikan ini permainan. Ibaratnya mencari jejak, ke 80  tempat harus didatangi dan difoto. Sungguh menyenangkan.
Matahari mulai terik, kami putuskan untuk isi perut kami sebelum melanjutkan pertualangan. Satu mie instan dan sebotol liu cha (teh) cukup untuk mengganjal perut. 
Splendid of China
Ketika kami sedang makan, kami lihat ada 2 perempuan china yang melihat ke arah kami.
"mereka lagi ngomongin kita," niken sedikit mencuri dengar pembicaraan mereka. "sepertinya mereka ingin foto dengan kita."
"Hah!! Foto bareng? Sama kita", aku tengok kiri kanan, sapa tahu niken salah kira karena baru kali ini ada orang yang tak dikenal minta foto bareng dengan aku yang jelas bukan  siapa-siapa.
"Iya, mereka dari tadi ngomongin kita." Tanpa ba bi bu, niken menghampiri mereka dan langsung bertanya dengan bahasa mandarinnya yang fasih tapi berdialek kental Purwokerto. Aku sibuk makan makanan sederhanaku
"rum, mereka mau foto bareng kita. Yuk!" mereka bertiga langsung berdiri, mau tak mau aku ikut.



Setelah melakukan beberapa pose, dan mereka berjanji untuk mengupload foto kami di QQ, semacam facebook di China. Ternyata ini rasanya menjadi artis. 
Baru berjalan setengah jam, sudah ada yang minta foto lagi. Kali ini seorang wanita muda dan ayah ibunya.
Aneh memang. Mungkin penampilan kami yang berjilbab, cukup menarik perhatian warga setempat.
"Rum, adiknya itu disuruh ibunya untuk foto sama kita."
"Apa? Masa?"
Aku melihat mereka, bapak ibu muda dengan anak kecil. Tak perlu paham bahasa mandarin untuk tahu bahwa anak itu menolak dengan sangat keinginan ibunya. Dia menunduk dan geleng-geleng sekencang-kencangnya. Entah karena malu atau memang kami bukan orang yang tepat untuk diajak foto. Entahlah. Itu masih misteri bagiku sampai saat ini.

Baru pukul 14.00, tapi ke 82 replika di Spendid sudah kami jelajahi. Demi membunuh waktu, kami akan melihat pertunjukan di China Folk. Ada beberapa pertunjukan yang kami lihat, Horse Riding Show, tarian Uigur, wushu dan lain- lain.

Sate Keringat
Satu jam menjelang pertunjukan utama, kami putuskan untuk mencicipi makanan yang mirip sate. Satu porsi isi tiga harganya 10 yuan. Dari penampilannya mirip sate ayam. Tapi ketika dicicipi, rasanya mirip keringat. Benar - benar seperti keringat. Baunya, rasanya. Satu-satunya penawarnya adalah telur yang direbus dalam teh. Aku bersumpah tidak akan tak akan makan sate itu lagi. Sumpah yang akan aku langgar 3 hari kemudian.

Pertunjukan utama ini memang memukau. Membuatku melupakan sate keringat itu. Segalanya begitu dipersiapkan. Kostum, properti, tata lampu, semua detail pertunjukan ini memang diperhitungkan. Pada akhirnya 120 yuan memang sangat sepadan dengan apa yang didapat, bahkan bisa dibilang cukup murah.

Hari ke dua, diakhiri dengan senyum aneh. Campur - campur antara artis wannabe, makan sate keringat dan diakhiri dengan petunjukan yang mencengangkan.

Besok kami bertiga akan keliling dunia satu hari. Merasakan dinginnya salju di Hubei dan nostalgia dengan Borobudur di China serta memandang kota Shenzhen dari ketinggian Eiffel Tower.

To be continued on Part 3

Makasih buat my endorse Think Cookcook. Kaos nya emang juara.. Cek kaos mereka di thinkcookcook.com

Jangan lupa baca Part One: MALU BERTANYA, MAKA TERSESATLAH. KECUT




4 komentar: