---- (Singapura, Shenzhen, Guangzhou, Macau dan Hongkong)-----Last Part---
Jam 9
pagi, kita bertiga masih santai makan Indomie di apartmen gratisan. Rasanya
malas kemana-mana. Asal kalian tau saja, apartemenku ini nyaman dan serba ada.
Setelah menemukan semangat kembali, aku dan Niken berangkat ke Madame Tussaud
nengok kangmas Andy Lau.
Tapi
sebelum itu, kita sarapan lagi di Warung Indo deket tempat menginapku. Walau
baru seminggu jauh dari Indonesia, aku dah kangen sama makanannya. Terlebih
lagi, Niken dan Rina, yang sudah 7 bulan di luar negeri, ngliatnya kayak anak
TK liat permen. Eh bukan, kayak kucing
ketemu ikan teri. Di warung ini banyak pilihan makanan khas Indonesia, seperti
ayam peyet, soto, bakso, pempek dan saudara – saudaranya. Bahkan ada mini
market serba Indonesia. Walaupun harganya mahal, tapi demi kepuasan hati, tak
apa-apa lah sekali sekali, pikirku.
Kenyang. Saatnya angkat kaki karena Kangmas Andy
Lau sudah menungguku. Dari tempat itu ke Madame Tussaud bisa naik MRT. Kalo di
Shenzhen, pake tiket koin dan cukup ditouch ke mesinnya, tapi kalo di Hongkong
pake kartu. Nah sialnya atau lebih tepatnya lagi bodohnya aku, aku gak tau kalo
ketika masuk ke stasiun, setelah kita masukin tiket di mesin dan harus ambil
tiketnya lagi di ujung satunya. Pas di dalam kereta, aku baru sadar kalo aku
lupa ambil tiketnya lagi padahal aku masih butuh tiketnya untuk keluar dari
stasiun. Akibatnya aku harus siap tanggung konsekuensinya. Bayar 51 dolar. Tidaaaaaaaaaak.
“Sorry, I lost my ticket.”, kataku dengan mata
mengiba ala Sinchan
“Have you checked? And you know if you lost it,
you had to pay 51 dollars?, tanya petugasnya datar.
“Yeah, I’d already checked it. And I know about
that.”, jawabku sambil kedip-kedip pake mata Shinchan.
Setelah berfikir panjang dan karena mata Shinchanku
si petugas akhirnya kasih aku tiketnya tanpa bayar denda. Pengen aku peluk dia,
tapi apa daya kita terhalang kaca. Aku balas dengan senyuman manis.
“I give you one chance, and next time don’t lose
it.”
“Ok, Sir.”
Selamet.. selamet..selamet..
Untuk menuju ke Madame Tussaud, aku harus naik
Peak Tram. Atau kalau mau menghemat bisa menggunakan bus. Tapi saranku cobalah
Peak Tram. Ini yang membedakan Madame Tussaud Hongkong dengan yang lainnya.
Sepertinya.
Akhirnya sampailah kita di rumah lilin. Karena
ini berada di Hongkong, jadinya banyak artis dari Hongkong. Coba kalo ada di
Indonesia, pasti ada pemainnya Cinta Fitri. Tapi yang jadi perhatian utamaku
adalah Kangmas Andy Lau. Dia adalah cinta sejatiku. Akhirnya aku bisa cium dia.
Aku juga merasakan pipinya Robert Pattinson, David Beckam dan Kapten Jack
Sparrow. Aku juga pengen cium Amitha Bachan tapi gak nyampe tingginya. Pengen cium
Ronaldinho, tapi penampakannya kurang tempting. By the way, enough said, lets
the pictures talk.
Kapten ku... bawa aku ke samudra |
gantengnya... tapi masih gantengan Andy Lau.. |
Sebelas duabelas ma aku |
Bang, kalo dah bosen ama Posh, Arum siap menampung |
Pengen buktiin Ronaldino itu kutuan ato nggak |
"Pak, Liat Shah Rukh Khan gak?" |
Bad boy.. Need to be hit.. |
Serasa Mary Jane |
Malemnya kita bertiga main ke surga belanja di Tsim Tsa Tsui dan Ladies Market. Kata banyak orang ini surga belanja, tapi bagiku tak seindah itu. Masa harga tas yang biasa – biasa aja, 250 dolar Hongkong atau sekitar 300 ribu rupiah. Rina aja langsung ngatain kalo yang jualan gila. Kalau aku beli tas situ, trus aku pake di Jakarta pasti dikira harganya 50 ribu. Ini memang takdirku kalo barang yang aku pake walaupun mahal selalu keliatan murah. Nasib.
Keesokan
harinya, Niken dan Rina ngembaliin kunci
apartemen ke Konsulat, aku hanya menunggu di depannya. Lebih tepatnya di depan warung
Indonesia. Pas aku lagi duduk – duduk
terjadi percakapan menyedihkan. Setidaknya bagiku.
“Mbak.. Meh bali yo mbak?” (“mau pulang ya?”),
kata mbak-mbak TKW pake logat Tegal kental ke aku gara-gara liat aku bawa carrier
gede.
“Iya, bu,”, aku jawab iya karena kenyataannya aku
mau pulang ke Indonesia.
“Wah, enak ya mbak, isoh balik. Aku yo pengen
balik lho.” (enak ya mbak bisa pulang. Aku juga pengen pulang), sambutnya
antusias.
“ooo iya bu,” jawabku sedih. Sedih bukan karena
apa, tapi baru sadar disangka TKW. Dikira TKW sama ibu-ibu TKW itu tragis,
Kawan. Derita wajah pasaran.
Sudahlah saatnya aku pulang…
Bye Bye Niken,
Rina, China, Macau, Hongkong… Xie
Xie.. Zai Jian.. Terima kasih buat
semuanya.. :)
Makasih buat teman-teman yang berkenan menengok seluruh Coretan Perjalanan China-Hongkongku... Tengok juga Coretan sebelumnya ya.. Selamat bermimpi, sahabat. Mimpi itu indah. :)
wahhh itu kapan2 kalo kesan lagi ajak2 mba eee
BalasHapusSekali aja ah kesananya.. lain kali,lain tempat kang.. :)
BalasHapuskeren kak... berasa ikutan ada disana :D
BalasHapusTerima kasih :).. jadi tersipu :p
BalasHapus