Dreamy Backpacker: Hongkong: Dimana Aku Akhirnya Bertemu Pangeranku

16/07/12

Hongkong: Dimana Aku Akhirnya Bertemu Pangeranku


---- (Singapura, Shenzhen, Guangzhou, Macau dan Hongkong)-----Last Part---

Jam 9 pagi, kita bertiga masih santai makan Indomie di apartmen gratisan. Rasanya malas kemana-mana. Asal kalian tau saja, apartemenku ini nyaman dan serba ada. Setelah menemukan semangat kembali, aku dan Niken berangkat ke Madame Tussaud nengok kangmas Andy Lau.

Tapi sebelum itu, kita sarapan lagi di Warung Indo deket tempat menginapku. Walau baru seminggu jauh dari Indonesia, aku dah kangen sama makanannya. Terlebih lagi, Niken dan Rina, yang sudah 7 bulan di luar negeri, ngliatnya kayak anak TK liat permen. Eh bukan, kayak kucing ketemu ikan teri. Di warung ini banyak pilihan makanan khas Indonesia, seperti ayam peyet, soto, bakso, pempek dan saudara – saudaranya. Bahkan ada mini market serba Indonesia. Walaupun harganya mahal, tapi demi kepuasan hati, tak apa-apa lah sekali sekali, pikirku.

Kenyang. Saatnya angkat kaki karena Kangmas Andy Lau sudah menungguku. Dari tempat itu ke Madame Tussaud bisa naik MRT. Kalo di Shenzhen, pake tiket koin dan cukup ditouch ke mesinnya, tapi kalo di Hongkong pake kartu. Nah sialnya atau lebih tepatnya lagi bodohnya aku, aku gak tau kalo ketika masuk ke stasiun, setelah kita masukin tiket di mesin dan harus ambil tiketnya lagi di ujung satunya. Pas di dalam kereta, aku baru sadar kalo aku lupa ambil tiketnya lagi padahal aku masih butuh tiketnya untuk keluar dari stasiun. Akibatnya aku harus siap tanggung konsekuensinya. Bayar 51 dolar. Tidaaaaaaaaaak.

“Sorry, I lost my ticket.”, kataku dengan mata mengiba ala Sinchan
“Have you checked? And you know if you lost it, you had to pay 51 dollars?, tanya petugasnya datar.
“Yeah, I’d already checked it. And I know about that.”, jawabku sambil kedip-kedip pake mata Shinchan.

Setelah berfikir panjang dan karena mata Shinchanku si petugas akhirnya kasih aku tiketnya tanpa bayar denda. Pengen aku peluk dia, tapi apa daya kita terhalang kaca. Aku balas dengan senyuman manis.

“I give you one chance, and next time don’t lose it.”
“Ok, Sir.”

Selamet.. selamet..selamet..

Untuk menuju ke Madame Tussaud, aku harus naik Peak Tram. Atau kalau mau menghemat bisa menggunakan bus. Tapi saranku cobalah Peak Tram. Ini yang membedakan Madame Tussaud Hongkong dengan yang lainnya. Sepertinya.

Akhirnya sampailah kita di rumah lilin. Karena ini berada di Hongkong, jadinya banyak artis dari Hongkong. Coba kalo ada di Indonesia, pasti ada pemainnya Cinta Fitri. Tapi yang jadi perhatian utamaku adalah Kangmas Andy Lau. Dia adalah cinta sejatiku. Akhirnya aku bisa cium dia. Aku juga merasakan pipinya Robert Pattinson, David Beckam dan Kapten Jack Sparrow. Aku juga pengen cium Amitha Bachan tapi gak nyampe tingginya. Pengen cium Ronaldinho, tapi penampakannya kurang tempting. By the way, enough said, lets the pictures talk.

Kapten ku... bawa aku ke samudra 



gantengnya... tapi masih gantengan Andy Lau..
Sebelas duabelas ma aku

Bang, kalo dah bosen ama Posh, Arum siap menampung



Pengen buktiin Ronaldino itu kutuan ato nggak
"Pak, Liat Shah Rukh Khan gak?"  

Bad boy.. Need to be hit..
Serasa Mary Jane





























Malemnya kita bertiga main ke surga belanja di Tsim Tsa Tsui dan Ladies Market. Kata banyak orang ini surga belanja, tapi bagiku tak seindah itu. Masa harga tas yang biasa – biasa aja, 250 dolar Hongkong atau sekitar 300 ribu rupiah. Rina aja langsung ngatain kalo yang jualan gila. Kalau aku beli tas situ, trus aku pake di Jakarta pasti dikira harganya 50 ribu. Ini memang takdirku kalo barang yang aku pake walaupun mahal selalu keliatan murah. Nasib.

Keesokan harinya, Niken dan Rina ngembaliin kunci apartemen ke Konsulat, aku hanya menunggu di depannya. Lebih tepatnya di depan warung Indonesia. Pas aku lagi duduk – duduk terjadi percakapan menyedihkan. Setidaknya bagiku.

“Mbak.. Meh bali yo mbak?” (“mau pulang ya?”), kata mbak-mbak TKW pake logat Tegal kental ke aku gara-gara liat aku bawa carrier gede.
“Iya, bu,”, aku jawab iya karena kenyataannya aku mau pulang ke Indonesia.
“Wah, enak ya mbak, isoh balik. Aku yo pengen balik lho.” (enak ya mbak bisa pulang. Aku juga pengen pulang), sambutnya antusias.
“ooo iya bu,” jawabku sedih. Sedih bukan karena apa, tapi baru sadar disangka TKW. Dikira TKW sama ibu-ibu TKW itu tragis, Kawan. Derita wajah pasaran.

Sudahlah saatnya aku pulang…

Bye Bye Niken, Rina, China, Macau, Hongkong… Xie Xie.. Zai Jian..  Terima kasih buat semuanya.. :)



Makasih buat teman-teman yang berkenan menengok seluruh Coretan Perjalanan China-Hongkongku... Tengok juga Coretan sebelumnya ya.. Selamat bermimpi, sahabat. Mimpi itu indah. :)






4 komentar: